Jalan Karakter

Saudaraku, kita terlampau lumrah membayangkan apa yg kita harapkan dari kehidupan; sampai-sampai kita lupa mempertanyakan apa yg diharapkan kehidupan dari kita.

Karena tak pandai meraba apa yg diharapkan kehidupan dari diri kita, kita terus menjalani kehidupan dgn ukuran-ukuran kelaziman org lain. Kita cenderung melakukan apa saja yg org/bangsa lain lakukan (mentalitas konformis); atau menuruti apa saja yg dikehendaki org/bangsa lain, yg menyuburkan mentalitas pecundang dan totalitarian.

Karena menjadikan org lain dan kelaziman sbg ukuran keberhasilan, kita lebih memburu kesuksesan dgn menaiki tangga karir yg terpandang di mata org, ketimbang kesediaan melakukan pendalaman diri dlm perjuangan moral jadi manusia berkarakter.

Tak segan mengambil jalan pintas demi kedudukan dan penghidupan. Sehingga, kehidupan publik kita hanya mengenali dua pertanyaan: siapa yg menang dan apa untungnya? Nyaris tak menghiraukan pertanyaan: siapa dan apa yg benar?

Untuk menjadi manusia berkarakter, setiap org hrs kenal diri, percaya diri dan punya pendirian. Tak cukup mengandalkan kekuatan diri demi memburu kesuksesan, ttapi juga hrs punya keberanian menghadapi kelemahan diri.

Manusia berkarakter punya kepercayaan diri krn berjangkar pada fundamen yg kuat. Dlm bidang intelek, mereka memiliki keyakinan ttg kebenaran hakiki. Dlm emosi, mereka tertambat dlm jaring cinta tak bersyarat. Dlm tindakan, mereka memiliki komitmen permanen thd tugas berkelanjutan tanpa pamrih kedudukan.

Dengan percaya diri, manusia berkarakter menyadari bahwa setiap pribadi itu istimewa, dan setiap keistimewaan diri itu memiliki jalan moralnya sendiri utk mengemban tugas tertentu sbg darma pengabdian bagi kehidupan.

Meski begitu, manusia berkarakter juga rendah hati. Sesakti apapun kehebatan pribadi, hanyalah percik kecil dari ketakbertepian jagad raya. Setiap pribadi laksana satu huruf dlm deretan abjad yg mengukir satu karakter istimewa. Betapapun dahsyatnya nilai penting setiap karakter, tidaklah bermakna tanpa berjejaring dgn huruf lain membentuk kata dan kalimat bersama.

Maka, jadilah bibit unggul individualitas di atas tanah sosialitas yang subur.

(Belajar Merunduk)

Previous
Previous

Patah Tumbuh